Berhenti Mencari, Mulailah Menemukan "Sebuah Pencarian Akan Seorang Guru"

 Berhenti Mencari, Mulailah Menemukan "Sebuah Pencarian Akan Seorang Guru"




Sabtu, 17 September 2022

Pada saat kuliah semester 6 tahun 2016/2017an saya pernah berada difase pencarian akan seorang guru penunjuk yang dalam islam disebut dengan istilah Mursyid. Mursyid dalam khasanah Tasawuf yaitu pewaris para nabi yang bertugas membimbing, mendidik, dan mengenalkan muridnya kepada Allah. Karena tugasnya adalah menunjukkan jalan menuju Allah, maka orang yang mendapat wewenang sebagai Mursyid yaitu orang yang juga sudah "wushul" atau sampai kepada Allah. Yang saya maksud mengenalkan dan menunjukkan jalan ini yaitu sebuah proses pertemuan secara  rohani, sehingga tidak dapat dilakukan oleh semua orang. Berbeda dengan mengenalkan secara umum seperti Sifat-sifat Allah, nama-nama Allah dan sebagainya.

Saat itu saya merasa penting untuk memiliki seorang guru yang mampu membimbing kita dengan benar. Hal ini tidak terlepas dari kondisi pada waktu itu sangat banyak sekali paham-paham/aliran-aliran tertentu yang bermunculan di lingkungan kampus. Aliran-aliran yang bernuansa timur tengah sangat banyak dan sangat giat untuk mencari anggota baru di lingkungan kampus. 

Pada masa-masa tersebut tanpa sengaja saya dikenalkan oleh seorang teman dengan karya Lagu dari Candra Malik yang berjudul "Fatwa Rindu". Setelah saya dengarkan dan resapi lirik lagunya, ternyata sangat berkesan lirik tasawuf. Karena penasaran akhirnya saya mencari-cari video ceramahnya Candra Malik dan ternyata benar, beliau juga mendalami dunia tasawuf. Bahkan dalam salah satu videonya, beliau membahasakan dirinya yaitu seorang sufi moderen dalam artian membuka identitas dirinya secara umum. Puncaknya saya membaca buku novel karya Candra Malik yang berjudul "Layla Seribu Malam Tanpamu". Buku  tersebut awalnya juga berkesan bernuansa romance seperti umumnya, namun setelah tiap lembar terbaca ternyata merupakan sebuah pencarian akan seorang makhluk terhadap sang penciptaNya. Sebuah pencarian Lail terhadap seorang guru petunjuk atau mursyid dalam sebuah aliran Thareqah. 

Cerita dalam novel sangat mewakili kegelisahan saya pada saat itu, sebuah kegelisahan ingin bertemu dengan seorang guru yang bisa menunjukkan jalan agar sampai kepada-Nya. Dan kalimat dalam novel yang cukup mengusik saya yaitu "berhentilah mencari, dan mulailah menemukan". Awalnya saya merasa aneh dengan kalimat itu, apa bedanya dari sebuah proses mencari dan menemukan? Ternyata kalimat itu menggambarkan kebiasaan yang tanpa kita sadari sering dilakukan. Seperti saat berkumpul dengan teman, kita sering mencari/menanyakan teman lain yang tidak ada. Saat mau makan, sering kali kita menanyakan lauk yang tidak ada. Iya begitulah kita, ada kalanya kita sibuk mencari-cari yang belum tentu ada, tetapi melupakan yang sudah ada di dekat kita. Begitupun dengan proses pencarian terhadap guru mursyid, saya terlalu berhayal terdapat suatu kejadian yang tiba-tiba saja yang bertemu dengan seorang guru musryid. Dan melupakan interaksi dengan guru-guru yang sudah saya kenal sebelumnya, juga temen-teman yang mungkin tanpa kita tau ternyata sudah lebih dahulu bersinggungan langsung dengan seorang guru mursyid.

Pencarian saya untuk ingin bertemu dengan seorang guru mursyid akhirnya memiliki titik terang pada saat setelah KKN semester 6. Saat itu merupakan tahun terakhir saya ngontrak rumah di Jalan Kaliurang Jember bersama teman-teman dari fakultas teknik, dan kita sepakat untuk tidak melanjutkan kontrak. Maka saya mulailah mencari opsi tempat tinggal berupa kost maupun pondok. Dan salah satu opsinya pada saat itu yaitu ikut mondok di Ponpes Raden Rahmad yang mana ada salah satu teman saya yang sudah lebih dahulu disana. Sampai akhirnya saya di ajak untuk melihat-lihat suasana pondok, pada saat ngobrol di lokasi pondok dengan teman saya dan beberapa santri lainnya ternyata Pondok tersebut merupakan pondok yang didalamnya juga mengajarkan dan mengenalkan dunia Tasawuf. Kyai pengasuh pondoknya adalah seorang Mursyid dari Thareqah Naqsabandiyah Khalidiyah. Mengetahui hal tersebut tentu saya merasa senang, karena sudah mulai menemukan apa yang saya inginkan beberapa waktu terakhir.

Setelah mengetahui bahwa Pengasuh Pondok Raden Rahmad Antirogo Jember merupakan seorang Mursyid, akhirnya saya memutuskan untuk bermukim disana. Dengan harapan dapat menimba ilmu umum di Universitas Jember dan ilmu agama di pondok. Memang benar, pada akhirnya saya tidak bertahan lama di pondok tersebut. Karena suatu hal, saya bermukim di pondok tersebut kurang lebih hanya seminggu. Meskipun hanya singkat, tetapi sampai saat ini pesan-pesan dari Kyai Ahmad Nafi' (Pengasuh Pondok) yang sempat saya terima waktu itu masih sangat lekat di ingatan saya. Pesan-pesan yang masih saya ingat yaitu:

1. Belajar bertarekat itu tidak harus menunggu saat usia kita sudah tua.

Memang benar, sampai saat ini bertarekat identik dengan orang-orang yang sudah tua. Yang secara fisik sudah mulai melemah dan mulai fokus pada kegiatan-kegiatan untuk mendekatkan diri kepada Allah. Sedangkan pandangan Kyai Nafi' bertarekat itu akan lebih bagus kalau sudah di ikuti sejak kita masih muda. Hal ini ibarat saat kita belajar naik sepeda motor. Biasanya anak-anak remaja lebih cepat menguasai dari pada orang tua yang baru mulai belajar naik motor. Sama seperti belajar bertarekat, saat masih muda hati kita cenderung lebih mudah untuk diajari dari pada orang yang sudah tua yang cenderung lebih keras hatinya.

2. Semua hal yang kita lakukan ini dapat bernilai ibadah dan bagian dari bertarekat

Kegiatan bertarekat tidak hanya terbatas pada kegiatan dzikir setelah shalat. Masyarakat umumnya memandang orang yang bertarekat cenderung meninggalkan kegiatan sehari-hari bahkan meninggalkan kegiatan kerja dan hanya menyibukkan diri untuk dzikir saja. Sedangkan Kyai Nafi' menjelaskan bahwa bertarekat yaitu setiap hal-hal yang selalu mengingatkan kita kepada Allah, termasuk menjalakan perintah Allah. Jadi bekerja juga merupakan bagian dari bertarekah, karena melalui bekerja kita menjalankan perintah Allah untuk mencari nafkah agar tidak sampai merepotkan orang lain untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Dan bekerja dengan niat demikian juga merupakan salah satu cara untuk mendekatkan diri kepada Allah

3. Istiqomah adalah sebuah keharusan dalam sebuah proses

Menurut sebagian ulama, istiqomah merupakan sebuah karomah paling tinggi dari pada sekedar dapat shalat di atas air. Karena melakukan sesuatu amal baik secara istiqomah itu sangat berat, dan pada umumnya seseorang mendapat kelebihan seperti shalat di atas air juga setelah melakukan sebuah amalan secara  istiqomah. Begitupun dengan bertarekat, agar bisa ke tahap "wushul" atau sampai ke Allah perlu adanya ke istiqomahan dalam melakukan ajaran tarekat. Adanya konsekuensi yang begitu berat saat memutuskan untuk bertarekat dan menjadi kekhawatiran masyarakat pada umumnya terkait tidak bisa istiqomah, Kyai Nafi' memiliki penjelasan yang sangat pas menurut saya. Kyai Nafi' berpesan dalam sebuah proses dzikir itu memang harus istiqomah, tetapi pada saat kita lalai tidak perlu disesali secara berlebihan, melainkan harus segera kembali ke jalannya saja. Lambat laun saat kita sudah benar-benar mampu meresapi nikmatnya dzikir (bercengkrama dengan Allah), maka kita akan istiqomah dengan sendirinya.

Disclaimer, saya bercerita ini bukan berarti saya sudah sampai tahap orang yang bertarekat dengan baik. Melainkan cerita pertemuan saya dengan seorang guru penunjuk. Dan sampai saat ini saya masih terus belajar agar bisa lebih baik lagi.

Dan Alhamdulillah hari ini setelah lebih dari 4 tahun yang lalu saya pernah bermukim di pondok Kyai Nafi' akhirnya saya dapat berjumpa kembali dengan beliau dalam Majelis Dzikir Khususiyah di Musholla Al Ikhlas Desa. Besuk Kec. Gurah Kab. Kediri yang diadakan rutin setiap bulannya. Semoga ini merupakan awalan yang baik untuk kembali menimba ilmu sebanyak-banyaknya kepada beliau dan menjadi jembatan untuk mempererat hubungan antara saya dengan beliau.

Related Posts:

0 Response to "Berhenti Mencari, Mulailah Menemukan "Sebuah Pencarian Akan Seorang Guru""

Post a Comment