TUMBUH, BERKEMBANG, DAN KEMUDIAN MATI

 TUMBUH, BERKEMBANG, DAN KEMUDIAN MATI




Setiap hal yang ada di dunia ini pasti ada siklusnya, mulai dari lahir, tumbuh, berkembang dan kemudian mati. Baik itu, manusia, hewan, tumbuhan atau suatu sistem ekonomi dan sebagainya. Hanya wujudnya saja yang berbeda-beda. Begitupun usaha ternak ulat hongkong yang pernah saya tekuni sejak sekitar akhir tahun 2019 an sampai akhirnya memutuskan berhenti total akhir tahun 2023. Masa waktu yang bisa dikatakan lumayan lama untuk sebuah proses belajar usaha ternak, membangun jaringan transaksi jual beli, dan juga money management agar mampu bertahan di beberapa kondisi pasar yang cukup fluktuatif secara biaya operasional dan harga jual.

Cerita berawal ketika pasca selesai kuliah dari jember dan memutuskan kembali ke Blitar. Menghabiskan malam dengan main game dengan dalih cari wifi untuk mencari lowongan pekerjaan, hampir 2 bulan rutinitas ini terjadi. Dan ternyata pasca awal-awal mendapat pekerjaan pun rutinitas keluar malam main game terus terjadi, maksimal jeda hanya 1-2 hari saja tanpa keluar malam. Pada akhirnya di sela-sela main game di tawari oleh teman untuk ikut budidaya ulat hongkong. Pada periode sebelum 2020 atau sebelum covid lebih tepatnya, budidaya ulat hongkong memang sedang naik daun dan menjanjikan hasilnya. Teman saya ini sudah lebih dahulu menggeluti usaha ulat hongkong ini. Dan karena dia tidak bisa mencukupi produksi indukan ulat hongkong untuk kebutuhannya dan juga pesanan orang lain, akhirnya saya di ajak usaha bareng untuk mengisi peluang permintaan indukan ulat hongkong yang sering belum terpenuhi tersebut.

*Siklus Ulat Hongkong termasuk metamorfosis sempurna. Telur > ulat kecil > ulat dewasa > kepompong > serangga (indukan)

Pada saat itu tawaran kerjasamanya menarik karena opsi yang di tawarkan sangat minim resiko, bibit dan hasil panen langsung menjadi tanggungan teman. Hanya perlu spare tempat, tenaga dan biaya pakan saja. Dengan pembagian hasil panen 55% saya dan 45% teman saya terhitung cukup menghasilkan untuk kategori usaha sampingan yang dapat dikerjakan 2 hari sekali di sela-sela aktivitas kerja. Hanya butuh waktu sekitar satu jam di pagi hari sebelum kerja dan/atau 2 jam setelah pulang kerja. Pada fase ini masih lumayan tetap bisa ngopi secara berkala saat malam hari.

Fase tumbuh ini, hanya fokus berkewajiban belajar memahami cara merawat ulat dengan baik. Bagaimana caranya hasil panen bisa maksimal bagus-bagus. Meskipun secara siklus terlihat simpel seperti umumnya ulat, namun di beberapa kondisi hasil panen bisa tidak maksimal kalau perawatan tidak baik. Banyak kepompong yang tidak berhasil menetas menjadi serangga indukan. Pada fase ini saya tidak perlu pusing memikirkan penjualan hasil panen karena sudah di tanggung teman.

Namun ternyata kondisi tersebut tidak bertahan lama, karena teman saya mengalami perubahan rutinitas kerjaan utama. Akhirnya usaha ternak hongkongnya yang juga usaha sampingan (meskipun jauh lebih besar dari yang saya kerjakan) perlahan semakin di kurangi produksinya. Pada fase ini saya mulai harus belajar membangun jaringan kepada sesama peternak ulat hongkong agar segera bisa mandiri dalam menjual hasil panen tanpa bergantung kepada teman. Karena sebelumnya memang sudah sempat di warning kalau usahanya perlahan akan di hentikan total karena rubah kegiatan kerja dan kondisi tadi. Maka perlahan mau tidak mau orderan yang sebelumnya lewat dia mulai saya ambil alih sendiri. Fase berkembang ini juga mampu berjalan dengan baik. Saat ini memiliki beberapa pelanggan tetap yang mau atau bahkan antri menampung hasil panenan. Bahkan ketika semakin luas dikenal oleh peternak lain, menjadi kewalahan untuk memenuhi kebutuhan mereka. Dan akhirnya mencoba mengembangkan lagi dengan mengajak orang lain untuk ikut budidaya indukan ulat hongkong ini. Setidaknya ada dua orang yang akhirnya belajar mengikuti usaha ini dan saling membantu hasil panen untuk memenuhi permintaan peternak yang order lewat saya. Berkembangnya kadangan menjadi 3 tempat ini membawa plus minus, pertama bisa mencukupi permintaan karena stok meningkat. Tetapi di moment tertentu ya pusing saat panen banyak tetapi barang tidak bisa keluar karena pasar sedang lesu. Karena ketika harga ulat hongkong murah peternak juga cenderung enggan menambah indukannya dalam jumlah banyak. Sedangkan opsi usaha yang saya geluti hanya fase membuat indukan saja, tidak berbarengan dengan pengembangbiakan ulat hongkongnya.

Dan pada akhirnya di ujung tahun kemarin usaha yang sudah berjalan tersebut saya putuskan harus berhenti (fase mati) karena beberapa pertimbangan. Sebagai usaha sampingan, sudah mulai banyak faktor yang tidak sesuai dengan kondisi kegiatan akhir-akhir ini. Karena beberapa waktu terakhir kegiatan kerja sedang membutuhkan perhatian yang lebih sejak pagi sampai malam. Sehingga tidak maksimal dan sering terbengkalai untu mengurus ternak ulat hongkong karena lebih capek duluan di kegiatan utama. Harga pakan yang relatif terus meningkat dan harga jual yang cenderung tetap juga menjadi pertimbangan berikutnya. Awal usaha tahun 2019 harga satu sak polar hanya di sekitaran Rp. 180.000,- dengan rata-rata harga jual indukan perkilo untuk wilayah lokal 130-150 ribu/kg sedangkan kirim luar kota sekitar 170-200 ribu/kg. Sedangkan saat ini harga pakan mencapai 240-250 ribu/sak polar dan harga jual masih di harga yang tetap. Serta sudah tersitanya waktu istirahat untuk sekedar ngopi, main game, olah raga atau membaca buku menjadi pertimbangan selanjutnya untuk menata ulang kegiatan. Terlebih pada beberapa waktu terakhir memang muncul aktivitas baru yang juga cukup menyita waktu harian. Berdasarkan beberapa pertimbangan tersebut akhirnya memilih opsi untuk menghentikan dahulu kegiatan usaha ulat hongkong yang dirasa untuk saat ini sudah kurang layaklagi secara waktu yang tersita, tenaga dan modal dengan potensi keuntungan yang muncul.

Setidaknya ada beberapa hal penting yang membuat saya senang jika mengingat fase demi fase yang terjadi saat usaha ini. Fase belajar ternak, fase membangun jaringan penjualan, membuka usaha bagi orang lain karena sempat ada 2 orang peternak baru yang mengikuti dan salah satunya masih bertahan sampai saat ini bahkan jauh lebih besar produksinya jika dibandingkan saya. Selain itu juga mengajarkan money management, bagaimana mampu bertahan dengan modal yang ada tanpa harus menambah modal dan sebisa mungkin modal tersebut di ujung usaha sebisa mungkin harus bertambah sebagai indikator sederhana kalau usaha memang berjalan mampu profit dan terkelola dengan baik. Dan di ujung penutupan usaha kemarin dari modal awal 500 ribu, ternyata masih mampu ada sisa modal 1.500. Memang bukan jumlah yang banyak, tapi menurut saya pribadi tidak terlalu buruk.

Jika mengikuti siklus metamorfosis yang sempurna, maka di lain kesempatan semoga akan muncul kesempatan baru untuk tumbuh dan berkembang lagi


Related Posts:

0 Response to "TUMBUH, BERKEMBANG, DAN KEMUDIAN MATI"

Post a Comment