Nostalgia: Pemilu Kampus

Nostalgia: Pemilu Kampus



Akhir-akhir ini sudah sering membuktikan bahwa apa yang kita inginkan tidak harus selalu segera terwujud. Dan setiap keinginan memang perlu dilalui dengan jalan rekoso dulu agar hasilnya semakin nikmat saat berhasil diwujudkan. Percayalah, hanya Indomie goreng yang meskipun prosesnya instans kurang dari 5 menit hasilnya tetap terasa enak terlebih jika plus telur dan dimakan saat cuaca hujan seperti cuaca akhir-akhir ini.

Begitupun tentang hal-hal yang kita pelajari atau hal-hal baik yang kita tanam. Bisa jadi hasil manfaatnya baru kelihatan sekian tahun pasca kejadian. Bahkan di 2024 ini, apa yang dulu pernah saya pelajari baru kelihatan ada manfaatnya. Iya, sebagai lulusan FISIP UNEJ tentu sudah tidak asing dengan pemilu seperti yang saat ini sedang berlangsung di Indonesia. Pesta demokrasi sedang berlangsung di seluruh wilayah dan seluruh lapisan. Begitupun saat kuliah, mengalami alur pembentukan panitia pemilu yang saat panjang karena tarik ulur dari beberapa pihak. Sidang pleno yang berbelit, belum lagi gesekan saat hari H pemilu dan pernak pernik lainnya.

Proses belajar pemilu kampus yang sangat melelahkan saat itu terutama saat pemetaan suara. Bagaimana caranya bisa mengajak teman agar satu suaranya dengan kita. Bagaimana caranya bisa memetakan teman yang tidak satu suara, mencari simpatisan dan sebagainya. Mencari dan memastikan suara ini termasuk bagian yang sangat lemah bagi saya. Adapun pemetaan suara yang masuk terus di-update berkala setiap hari, bahkan sampai lewat pukul 12 malam. Data-data tersebut harus semakin bulat menjelang hari H pemilu, bahkan H-1 kita sudah harus bisa menyimpulkan besok Paslon yang kita usung akan memperoleh berapa suara dan dalam kondisi menang atau kalah.

Dan saat ini, kurang lebih 7 tahun sejak pertama kali berkenalan dengan pemilu kampus beserta keriwehannya. Tiba-tiba terlibat kembali dengan pergumulan politik secara langsung, membantu Sahabat diskusi saya Bpk. Rahadian untuk maju menjadi Caleg DPRD Kota Blitar dapil Kepanjenkidul. Pencalonan yang sekilas tiba-tiba, tetapi sebenarnya proses yang sudah dilalui cukup panjang

Setidaknya ada dua point' penting yang akhirnya dapat saya ambil dari kejadian membantu proses pencalonan bapak Rahadian ini. Pertama kesempatan aktualisasi diri untuk saya pribadi terkait hal-hal yang dulu pernah sedikit banyak saat pelajari saat di kampus. Hal ini membuktikan bahwa apa yang kita pelajari suatu saat pasti akan membawa manfaat. Sedangkan yang Kedua membuktikan apa yang kita tanam suatu saat pasti akan kita panen, hal ini terutama terlihat dari segi pak Dian.

Terkait point kedua ini sangat terlihat dari basis suara yang masuk ke beliau mayoritas dari orang-orang yang memang sudah kenal sejak dahulu. Bahkan dari sebagian dari keturunan etnis China pun juga termasuk banyak yang mendukung beliau. Di akui atau tidak, kemudahan pemetaan suara beliau saat ini tidak terlepas dari tanduran beliau sejak dulu saat berinteraksi dengan orang lain. Maka memang benar, sekecil apapun kebaikan yang kita tanam pasti akan dibalas kebaikan dikemudian hari.

Pada akhirnya, ketika ikhtiar lahir batin sudah di lampaui, tetap berdoa semoga besok dipertemukan dengan takdir yang baik. 



Related Posts:

0 Response to "Nostalgia: Pemilu Kampus"

Post a Comment