Merawat Keyakinan
Sebagai seorang muslim tentu kita tidak asing dengan istilah rukun iman. Sejak pendidikan usia dini, pengertian ini sudah sering di sampaikan oleh guru-guru kita. Bahkan ada lagu anak-anak yang juga bertema rukun islam atau rukun iman.
Rukun merupakan sesuatu yang harus ada atau harus dilampaui agar sesuatu menjadi valid. Jadi selaku orang islam iya sudah sebuah kewajiban kita mengimani rukun iman yang berjumlah 6.
1. Iman kepada Allah
2. Iman kepada malaikat
3. Iman kepada kitab Allah
4. Iman kepada Rasul
5. Iman kepada hari akhir
6. Iman kepada Qodo dan Qodar
Namun pada prosesnya, untuk melampaui rasa iman, kepercayaan yang muncul dari dalam hati dengan keyakinan penuh dan tanpa sedikit keraguan atas 6 rukun tersebut bukanlah hal yang mudah. Tanpa sadar kita perlu melalui proses belajar dan pencarian yang panjang untuk memahami dan menanamkan iman tersebut dalam hati.
Dulu waktu masih kecil hanya sekedar yang penting tau dan hafal urutan rukun iman. Serta sedikit-sedikit muncul pertanyaan yang pastinya juga umum muncul di anak kecil tentang eksistensi Tuhan sebagai rukun iman yang pertama. Tuhan itu siapa? kok bisa tiba-tiba muncul dan menjadi sebab seluruh kejadian jagat raya itu bagaimana awalnya? dzatNya seperti apa? Serta masih banyak pertanyaan lain tentang eksistensi Tuhan.
Saya pun juga melampaui fase ini. Masih melekat di ingatan dulu waktu siang hari bermain di belakang rumah tiba-tiba pertanyaan itu muncul dan saya utarakan ke ibuk. Karena masih kecil sekitar kelas 2-3 SD, beliau hanya merespon jangan mempertanyakan itu. Mungkin beliau waktu itu ya kesulitan bagaimana caranya menjelaskan dengan bahasa sederhana.
Pertanyaan tentang eksistensi Tuhan itu sangat wajar, karena dalam keseharian kita terbiasa dengan hukum sebab akibat. Kita kenyang karena makan, kita lahir karena ada orang tua yang melahirkan. Ketika sudah terbiasa dengan hukum sebab akibat sejak kecil, maka kita menjadi aneh dan bertanya-tanya saat di kenalkan konsep Tuhan dalam agama yang tiada awal dan akhir. Ada sebelum yang lainnya ada.
Berjalannya waktu dan proses belajar yang semakin bertambah, akhirnya rasa iman atas keberadaan Tuhan juga semakin bulat dengan sendirinya. Menurut saya penjelasan Gus Baha tentang Tuhan itu cukup sederhana, kalau kita terbiasa hukum sebab akibat maka Tuhan itu adalah Dzat yang menjadi sebab adanya kita.
Kewajiban merawat keyakinan atas rukun iman ini adalah sepanjang hayat. Semenjak kita memutuskan memilih islam sebagai agama yang di yakini, maka seterusnya kita harus bersandar pada rukun iman dalam menjalani kehidupan. Namun karena sifat iman itu ada di hati, tentu ada fase naik turunnya. Terlebih ketika kita berada di fase sulit atau fase yang mana banyak hal tidak sesuai dengan keinginan.
Naik turunnya kadar iman karena sebuah fase kehidupan yang seringkali tidak sesuai dengan keinginan kita itu merupakan wilayah iman terhadap Qodo' (kepastian) dan Qodar (ketentuan). Diakui atau tidak, menjaga keyakinan atas Qodo dan Qodar itu sangat sulit. Karena sering kali kita mengukurnya dengan untung rugi. Ketika sebuah kejadian itu menguntungkan kita, maka dengan mudahnya kita berucap ini sudah takdir saya. Sedangkan saat tertimpa hal yang tidak menguntungkan, barulah kita mempertanyakan takdir keadilan dari Tuhan.
Dari sekian penjelasan mengenai Qodo' Qodar, serta dalil yang menyatakan Allah tidak akan merubah nasib seseorang kecuali dia berusaha merubahnya, yang paling saya ingat yaitu penjelasan dari Mas Nur Hasan (Dosen HI UNEJ). Saat itu saya sering merasa bingung bagaimana menyikapi dua konsep yang sekilas bertolak belakang ini. Satu sisi ada konsep semua hal sudah di tentukan, seolah-olah kita tidak memiliki peran apapun. Jadi kita berfikir sesuatu pun jangan-jangan sudah bagian dari takdir. Tetapi disisi lain kita juga di wajibkan berusaha agar takdir bisa berubah. Penjelasan beliau saat itu, sebagai seorang hamba kita itu tidak dikasih hak mengetahui takdir yang akan terjadi kepada kita agar melakukan ikhtiar sebagai wujud penghambaan kepada Tuhan. Dan apa yang terjadi pada kita merupakan pertemuan terbaik antara doa, ikhtiar serta qodo dan Qodar Allah. Kita harus ingat juga bahwa Allah itu memiliki sifat maha welas dan maha wenang. Jadi Allah juga tetap bisa dan mudah saja merubah Qodo Qodar hambaNya yang di ridhoi.
Menjaga kayakinan atas rukun iman apa lagi Qodo Qodar ini menjadi sulit karena kita adalah makhluk yang diberi kemampuan berfikir dan dibekali nafsu. Jadi ada momen-momen tertentu ketika ego sedang menggebu dan hasilnya tidak sesuai keinginan seringkali kita merasa jenuh dan mempermasalahkan takdir yang sedang terjadi. Maka dari itu kita dituntut untuk terus belajar dan merupakan proses yang panjang tiada akhir.
"Apa yang kita inginkan belum tentu yang terbaik, tetapi apa yang sudah Allah tentukan adalah yang terbaik bagi hamba-Nya"
Disclaimer: hanya kegelisahan penulis atas ketidakstabilan hati dan pikiran. Wkwkwkw
0 Response to "Merawat Keyakinan"
Post a Comment