”Jatuh Cinta” atau “Witing Tresno”

 

”Jatuh Cinta” atau “Witing Tresno”

Manusia pada umumnya dalam hidupnya akan melewati masa-masa dimana tertarik dengan lawan jenis. Ada orang yang suka dengan lawan jenisnya dan begitu terbuka menyampaikan perasaannya. Adapula yang memendamnya dalam-dalam sehingga biasa disebut sebagai pengagum rahasia. Sebenarnya tidak ada yang salah dengan perasaan itu, perasaan saling tertarik dengan lawan jenisnya. Namun yang paling penting adalah bagaimana kita menempatkan perasaan itu, apakah kita akan semakin lemah dengan munculnya perasaan atau justru akan semakin memperkuat.

Untuk mengungkapkan perasaan hati kita kepada lawan jenis ada dua istilah yang sering di gunakan yaitu Jatuh Cinta dan Witing Tresno. Dua ungkapan tersebut sekilas mirip artinya sebagai wujud ungkapan rasa suka, sayang dan sebagainya kepada orang lain. Namun jika di resapi lagi maknanya secara lebih jauh, ada perbedaan antar keduanya dari sudut makna dan visinya.

“Jatuh Cinta” terdiri dari dua kata yaitu jatuh yang artinya turun atau meluncur ke bawah dengan cepat akibat gravitasi bumi, dan cinta yang artinya suka sekali atau terpikat (antara laki-laki dan perempuan). Dari dua kata tersebut jika diartikan sebagai satu kesatuan memiliki makna kita kalah terhadap perasaan yang tumbuh dalam diri kita dan akhirnya mengakibatkan kita menghamba dengan perasaan atau orang yang kita sukai. Kondisi ini juga tercermin dari prilaku remaja kita saat ini yang sedang dimabuk cinta. Mereka cenderung rela berkorban segalanya untuk orang yang dicintai, tanpa memikirkan manfaatnya untuk dirinya sendiri. Bahkan banyak yang melakukan tindakan yang menyimpang dari norma sosial dengan alasan sudah terlanjur sayang.

Ungkapan selanjutnya yaitu “Witing Tresno”, ungkapan ini merupakan ungkapan jawa yang sebenarnya juga sudah familiar ditelinga kita. Namun biasanya konsep “witing tresno” ini dilengkapi dengan kata “jalaran soko kulino”. Witing tresno jalaran soko kulino ini dalam bahasa indonesianya berarti “cinta tumbuh karena terbiasa”. Witing tresno ini juga terdiri dari dua kata yaitu “witing” yang berarti tumbuhan dan “tresno” yang berarti perasaan suka. Jika diartikan secara kesatuan maka artinya adalah cinta itu tumbuh dan justru memperkuat. Jika di ibaratkan dengan tumbuhan, akar yang semakin hari semakin memanjang kedalam itu adalah setiap perbuatan yang merupakan wujud perasaan kita kepada orang yang kita sukai yang tujuannya ingin memperkuat persaan atau tresno itu sendiri. Dan jika tumbuhan itu dirawat dengan baik, maka akan menghasilkan buah yang manis, begitupun dengan cinta. Jika menggunakan konsep witing tresno ini maka seharunya perasaan yang tumbuh dalam diri kita ini sifatnya harus membangun kita. Membangun kearah tindakan-tindakan yang positif, bukan justru membawa kepada perilaku yang melanggar norma sosial.

Dari kedua istilah tersebut, penulis lebih condong memilih yang witing tresno, meskipun ungkapan jawa yang mungkin untuk saat ini tidak kekinian tetapi bagi penulis istilah tersebut membawa visi yang baik dan memang seharunya seperti itu kita menempatkan perasaan kita. Kita perlu ingat, bahwa semua yang ada di dunia ini hanyalah alat, begitupun dengan cinta. Cinta adalah alat untuk menuju kesempurnaan, maka kurang tepatlah menurut penulis jika kita mencari orang yang sempurna, karena yang ada adalah proses menuju kesempurnaan itu sendiri. Sebagai alat, maka kita harus bijaksana dalam menggunakannya, jika kita benar dalam menempatkan cinta maka, maka cinta akan menjadi tenaga super sonik yang akan mempercepat kita untuk menuju kesempurnaan atau tujuan kita. Namun jika kita salah menempatkan urusan cinta, maka justru akan menghambat tujuan kita dan hanya akan bersifat destruktif terhadap diri kita sendiri.

Tulisan diatas hanya opini penulis pribadi dari dua istilah ungkapan rasa suka, sayang dan cinta yaitu jatuh cinta dan witing tresno. Hanya kesimpulan sementara penulis yang masih terbatas pengetahuannya dan tidak menutup kemungkinan kemudian hari bisa berubah  karena dalam mencari kebenaran tidak akan ada habisnya, semua adalah proses pencarian. Yang terpenting adalah jangan takut mencintai, karena ada ungkapan yang berbunyi Cinta itu lebih baik dari seribu kemuliaan. Kembali lagi yang terpenting adalah bagaimana kita menempatkan cinta itu sendiri. (Arsip tulisan sejak 14/10/2017)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Related Posts:

0 Response to "”Jatuh Cinta” atau “Witing Tresno”"

Post a Comment