Esensi Kerja Versi Pribadi Seorang Nada "Teori Kebutuhah Abraham Maslow"
Blitar, 28 Agustus 2019
Kali ini saya akan mengulas terkait esensi kerja, tapi yang perlu di ingat, ini hanya pendapat pribadi saya berdasarkan pengalaman yang saya alami saat ini. Tidak menutup kemungkinan pendapat saya ini akan berubah juga seiring bertambahnya pengalaman dan beban hidup yang saya jalani kedepan. wkwkwkwk. Jadi santai saja bacanya
Ok, sebagai awalan saya akan sedikit menggambarkan asal usul saya sampai akhirnya bekerja. Saya lulus S1 pada bulan november 2018. Dan setelah kesana kemari dan tertawa (mencari kerja), akhirnya saya di terima di salah satu perusahan yang termasuk besar di Kota saya Blitar. Saya di terima kerja pada pertengahan bulan Januari. Waktu itu para calon karyawan baru di wajibkan mengikuti pendidikan atau diklat pengenalan lingkungan kerja selama 4 hari. Pada waktu diklat tersebut sebenarnya saya sedikit was-was, karena beberapa bulan sebelumnya sudah ada penerimaan yang posisinya sama seperti yang saya lamar yaitu calon manager unit usaha. Wajarlah saya dan teman-teman merasa was-was mengingat akan di tempatkan dimana nantinya. Sedangkan angkatan sebelumnya tidak ada yang mengundurkan diri.
Setelah 4 hari diklat dan waktunya penempatan training lapangan, akhirnyanya was-was yang saya rasakan benar-benar terjadi. Yaitu beberapa dari kami di tempatkan di unit usaha yang managernya masih baru (angkatan sebelumnya), sedangkan saya pribadi ternyata mendapat tugas menggantikan staf admin yang sebentar lagi cuti melahirkan. (mulai kalimat ini kita akan fokus pada cerita saya dan mengkesampingkan teman-teman yang lain). Sebenarnya saya bersyukur atas hasil penempatan, karena jarak kantor pusat dan rumah harnya berjarak 5Km atau membutuhkan waktu tempuh 10 menit saja. Mayanlah, dari pada di tempatkan di unit usaha lain yang jaraknya lebih jauh. Rasa bersyukur ini tidak terlepas dari belum jelasnya proyeksi kedepan selepas masa training. Tapi saya juga sadar bahwa posisi saya yang hanya menggantikan orang cuti melahirkan juga tentu belum aman betul. Jadi waktu itu orientasasi saya dijalani dulu aja, buat nambah pengalaman, biar cepet dapat duit setelah berbulan-bulan nggak pegang duit akibat tidak ada pemasukan (nasib sudah lulus n belum kerja, mau minta ortu malu, he), cari kerja sulit, ijasah juga belum keluar akibat akreditasi jurusan sedang masa pembaharuan, adik sebentar lagi waktunya masuk kuliah. Komplek amat ya pertimbangan saya waktu itu. Tapi memang itu yang saya alami
Saya menggantikan staf cuti lahiran itu selama satu setengah bulanan. Pada hari-hari mendekati mbaknya (yang cuti lahiran) masuk, saya mulai was-was lagi. Setelah ini akan di pindah kemana lagi coba. Emang masih parnoan saya waktu itu. hehehehe. Setelah mbaknya mulai masuk kerja lagi, saya masih berada di ruangan mbaknya, karena saya memang nggak atau harus kemana, Akhirnya saya setiap hari tetap membantu pekerjaan mbaknya, Selang beberapa hari, akhirnya saya di panggil pihak SDM. Dek-dekan lagi lah saya tentunya, bakal di buang kemana lagi ini pikir saya. Seingat saya, waktu itu saya di ruang SDM hanya 2 menit, dalam tempo yang sesingkat-singkatnya itu saya diputuskan untuk di tugaskan di unit lain sebagai calon manager.
Keesokan harinya saya mulai pindah ke unit usaha yang lain untuk training lagi sebagai calon manager. Di unit usaha yang lain ini sebenarnya sudah ada manegernya, cuman setelah di evaluasi ternyata membutuhkan dua manager karena lingkup usahanya yang besar. Atas dasar kebutuhan tersebutlah akhirnya saya di pindahkan ke dalamnya untuk mengikuti training lapang calon manager. Tapi sebetulnya di tempat baru ini juga sudah ada teman angkatan saya yang training. Selama training di tempat kedua ini saya sebenarnya kurang nyaman, karena saya merasa ada tidak adanya saya kurang berfaedah dan memberi dampak. Karena memang selama training tidak ada kejelasan apa yang harus saya lakukan setiap hari. Kayak mengalir begitu saja setiap harinya. Tapi di tempat ke dua ini saya tetep mendapatkan ilmu yang banyak, yaitu ketika sering berinteraksi langsung dengan manager. Manun ternyata saya tidak lama juga ditempat kedua ini, karena saya mendapat tugas menggantikan mbak2 staf admin yang cuti lahiran lagi. Sampe-sampe saya mendapat julukan spesialis ibu hamil. wkwkwkwk
Di tempat yang ketiga ini saya merasa lebih hidup saat bekerja, karena tenaga dan pemikiran saya berguna. Ketelitian saya sangat di uji di tempat ketiga ini. Memang secara kecelakaan (masalah) lebih sering di tempat ke tiga ini dari pada yang kedua, tapi saya menikmati meskipun bikin pusing juga. Di tempat ke 3 ini saya cuma dua bulanan saja. Karena ketika mbaknya sudah masuk, tentu saya harus pindah lagi. Dan akhirnya saya di pindah ke tempat yang ke dua lagi.
Memang saya sadari, tempat kerja saya kemarin kurang bagus dari segi Manajemen Sumber Daya Manusianya. Penilaian ini menurut pandangan saya pribadi sih, yang ilmunya juga terbatas. Saya menilai kurang bagus karena setiap penerimaan karyawan baru tidak di imbangi dengan proyeksi penempatan yang bagus. Sehingga sering terjadi penumpukan karyawan di tempat tertentu. Hal ini tidak terjadi pada angkatan penerimaan saya saja. Banyak kasus lain juga selama saya sudah didalamnya yang tentu tidak bisa saya jelaskan disini karena terlalu panjang.
Namun dari pengalama saya di pindah-pindah ke berbagai unit ini, akhirnya saya mampu memaknai esensi kerja. Kerja itu menurut saya tidak sekedar posisi yang harus prestise. Memang ketika menempati posisi kerja yang tinggi itu suatu kesenangan tersendiri. Tapi realita di lapangan, kadang pangkat itu tidak melulu karena kinerja yang bagus. Tidak jarang juga hanya kerena faktor kedekatan dengan pimpinan kita dapat mendapatkan posisi tertentu. Bagi saya suatu beban moral jika mendapat promosi jabatan tapi kemampuan tidak memadai. Jadi pada akhirnya saya tidak terlalu mempusingkan bakal di pindah kemana lagi selama saya mampu berperan aktif di tempat baru tersebut. Yang menjadi beban saya adalah ketika di tempatkan di suatu posisi yang ada dan tidak adanya saya tidak ada dampak sama sekali.
Di tempat yang ketiga ini saya merasa lebih hidup saat bekerja, karena tenaga dan pemikiran saya berguna. Ketelitian saya sangat di uji di tempat ketiga ini. Memang secara kecelakaan (masalah) lebih sering di tempat ke tiga ini dari pada yang kedua, tapi saya menikmati meskipun bikin pusing juga. Di tempat ke 3 ini saya cuma dua bulanan saja. Karena ketika mbaknya sudah masuk, tentu saya harus pindah lagi. Dan akhirnya saya di pindah ke tempat yang ke dua lagi.
Memang saya sadari, tempat kerja saya kemarin kurang bagus dari segi Manajemen Sumber Daya Manusianya. Penilaian ini menurut pandangan saya pribadi sih, yang ilmunya juga terbatas. Saya menilai kurang bagus karena setiap penerimaan karyawan baru tidak di imbangi dengan proyeksi penempatan yang bagus. Sehingga sering terjadi penumpukan karyawan di tempat tertentu. Hal ini tidak terjadi pada angkatan penerimaan saya saja. Banyak kasus lain juga selama saya sudah didalamnya yang tentu tidak bisa saya jelaskan disini karena terlalu panjang.
Namun dari pengalama saya di pindah-pindah ke berbagai unit ini, akhirnya saya mampu memaknai esensi kerja. Kerja itu menurut saya tidak sekedar posisi yang harus prestise. Memang ketika menempati posisi kerja yang tinggi itu suatu kesenangan tersendiri. Tapi realita di lapangan, kadang pangkat itu tidak melulu karena kinerja yang bagus. Tidak jarang juga hanya kerena faktor kedekatan dengan pimpinan kita dapat mendapatkan posisi tertentu. Bagi saya suatu beban moral jika mendapat promosi jabatan tapi kemampuan tidak memadai. Jadi pada akhirnya saya tidak terlalu mempusingkan bakal di pindah kemana lagi selama saya mampu berperan aktif di tempat baru tersebut. Yang menjadi beban saya adalah ketika di tempatkan di suatu posisi yang ada dan tidak adanya saya tidak ada dampak sama sekali.
0 Response to "Esensi Kerja Versi Pribadi Seorang Nada "Teori Kebutuhah Abraham Maslow""
Post a Comment