Sinau Bareng Cak Nun dan Ziarah Makam Nyai Ratu Pasuruan
Cak Nun merupakan salah satu orang yang paling berpengaruh untuk setiap pemuda Indonesia saat ini. Melalui pemikirannyalah banyak pemuda yang berusaha belajar untuk memahami jati dirinya sendiri, berusaha menjadi orang yang merdeka baik secara pemikiran maupun secara tindakan. Maka tidak heran jika setiap pengajiaanya Cak Nun atau lebih tepatnya diskusi bersamanya selalu dihadiri oleh banyak orang. Sebagai pemuda pada umumnya yang masih haus ilmu pengetahuan untuk memahami jati dirinya saya juga lumayan sering mengikuti diskusinya Cak Nun melalui Youtube. Tapi setelah sekian lama hanya dapat mengikuti diskusinya lewat youtube pada akhirnya saya dan 3 teman saya dapat mengikuti diskusi Cak Nun secara langsung yaitu pada Rabu 18 Juli 2018 Lapangan Parkir Gelora Delta Sidoarjo.
Tema yang di angkat pada diskusi waktu itu adalah tentang Keluarga Berencana. Tema tersebut diangkat karena memang sebenarnya yang memiliki hajat adalah BKKBN (Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional) yang menjadikan diskusi tersebut sebagai salah satu media untuk memberikan pemahaman terkait pentingnya keluarga berencana untuk masyarakat. Selama diskusi tersebut beberapa ilmu yang saya tangkap adalah terkait kesiapan berkeluarga. Pemahaman saya terkait kesiapan berkeluarga ternyata jauh dari yang disampaikan oleh Sabrang pada diskusi waktu itu. Pemahaman saya dulu kesiapan berkeluarga tidak terlepas dari hal-hal formalitas seperti sudah memiliki pekerjaan, sudah mampu menafkahi dan lain sebagainya. Sedangkan penjelasan dari Sabrang terkait kesiapan berkeluarga adalah tentang memperluas rasa. Orang siap berkeluarga ketika dia sudah mampu memperluas rasa simpatinya, empatinya terhadap pasangannya. Ketika orang masih hanya memikirkan dirinya sendiri maka masih belum dapat dikatakan siap untuk berkeluarga. Karena ketika setiap anggota keluarga sudah mampu meluaskan rasa ini akan membuat hubungan keluarga menjadi harmonis. Berbeda ketika setiap anggota hanya memikirkan dirinya sendiri justru hanya akan menimbulkan perselisihan di dalam keluarga. Dari diskusi kemarin saya menyadari bahwa ternyata masih ada hal dasar tentang keluarga yang belum saya pahami. Dan pemahaman saya masih cenderung bersifat duniawi.
Pemahaman penting lainnya yang saya dapatkan dari diskusi bersama Cak Nun ini adalah bahwa jangan menumbuhkan rasa saling memiliki terhadap pasangan atau keluarga. Karena rasa memiliki cenderung menumbuhkan sifat menindas. Ini seperti kasus penjajahan yang pernah terjadi di Indonesia, para penjajah merasa mampu memiliki Indonesia dan akhirnya menindas rakyat Indonesia untuk kepentingan penjajah. Sedangkan dalam suatu hubungan jika kita sudah merasa memiliki pasangan kita, maka kita akan cenderung memanfaatkannya seperti menyuruh ini, minta bantuan ini dan lainnya atau bahkan mengancam sesuatu terhadapnya. Sifat-sifat inilah yang termasuk menindas. Maka dari itu rubahlah dasar suatu hubungan dari saling memiliki menjadi saling menjaga. Selalu berusaha memperlakukan pasangan dengan sebaik mungkin karena menganggapnya sebagai bagian dari kita. Karena sakitnya juga merupakan sakintya kita. Gitu mungkin gambaran sederhana dari rasa saling menjaga.
Jadi ada perbedaan mendasar dari rasa memiliki dan rasa menjaga. Jika rasa memiliki akan cenderung memperlakukan pasangannya sesuka hati sesuai keinginannya untuk kepentingannya karena merasa dia sudah menjadi milikku, sudah menjadi kekuasaanku. Sedangkan rasa saling menjaga berusaha memperlakukan pasangannya sebagaimana kita memperlakukan diri kita sendiri. Jika kita suka di hargai maka kita juga berusaha menghargai pasangannya. Tidak justru hanya memaksa pasangan untuk menghargai kita tanpa diimbangi sikap yang sama dari kita karena sudah merasa memiliki.
Setalah acara diskusi tersebut kemudian saya dan teman-teman melakukan ziarah ke Makam Ratu Ayu Bangil Pasuruan. Nama aslinya yaitu Syarifah Khadijah yang merupakan putri dari Syarif Hidayatullah (Sunan Gunan Jati). Lokasi makam Ratu Ayu kalo dari Probolinggo yaitu sebelum alun-alun Bangil. Sedangkan dari arah Sidoarjo yaitu setelah alun-alun Bangil dan sebelum Sungai besar. Lebih tepatnya disekitar rest area Swadesi Bangil Pasuruan. Pada awalnya saya mengetahui makam Ratu Ayu ini dari rekomendasi teman yang suka melakukan ziarah makam. Adapun kepercayaan yang ada di masyarakat jika melakukan ziarah ke makam Ratu Ayu salah satu berkahnya adalah jika dia sudah memiliki calon maka akan akan dapat lanjut ke jenjang selanjutnya atau mudahnya akan menjadi jodohnya.
0 Response to "Sinau Bareng Cak Nun dan Ziarah Makam Nyai Ratu Pasuruan"
Post a Comment